BAHAYA!!!, Disfungsi Ereksi Juga Bisa Menyerang Pria Usia Muda. Banyak orang beranggapan bahwa persoalan disfungsi ereksi atau impotensi hanya urusan para pria. Kerisauan gangguan seksual itu terhitung hanya dirasakan oleh kaum adam. Padahal, pada gilirannya, persoalan selanjutnya terhitung berdampak negatif pada pasangan. Itu artinya, impotensi terhitung gangguan bagi kaum hawa.
Ilustrasi. (Foto : https://www.alodokter.com) |
"Kata para ibu-ibu, kecuali udah tidak ereksi, pulangkan saja ke orangtuanya. Kenapa? Karena urusan seks ini selain untuk buat anak, termasuk buat enak," kelakar dokter spesialis andrologi, dr. Susanto Suryaatmadja, di dalam seminar Mitos dan Fakta Disfungsi Ereksi oleh Pfizer di Surabaya, Jawa Timur, Rabu, 5 Desember 2018.
Berbeda bersama dengan mitos yang berkembang, secara ilmiah disfungsi ereksi dipahami sebagai penyakit yang dapat turunkan mutu hidup penderitanya. Impotensi dapat mengakibatkan frustrasi, rendahnya yakin diri dan perasaan tidak dapat yang pada akhirnya dapat mengakibatkan depresi dan agresivitas.
Ada sebagian penyebab disfungsi ereksi. Di antaranya, penyakit kardiovaskular, hipertensi dan diabetes. Penyakit impotensi ini tidak cuma menyerang pria tua, tapi terhitung yang muda.
Baca juga : Begini Agar Mr. P Tetap Prima dan Tidak Mudah Loyo
"Persepsi bahwa DE (disfungsi ereksi) cuma menyerang pria lebih tua adalah persepsi yang mesti diluruskan, dikarenakan DE sanggup menyerang seluruh pria tanpa mengenal batas usia," ucap Susanto.
Dampak disfungsi ereksi terhitung tidak hanya bagi kaum pria. Tapi pertalian pribadi, keluarga, bahkan sosial terhitung mampu dipengaruhi jika dibiarkan tanpa perawatan. Kondisi seperti itu makin tambah rumit dikala pria bersama disfungsi ereksi ogah merampungkan gangguan kesehatannya melalui prosedur medis yang benar. Alih-alih ke dokter, umumnya melacak cara sendiri mengatasinya.
Ilustrasi Impotensi. (Foto : https://www.asmaraku.com) |
Susanto menjelaskan, hasil studi Global Study of Sexual Attitudes and Behaviors atau GSSAB yang melibatkan 27.500 responden pria dan wanita berasal dari 29 negara menunjukkan bahwa umumnya pria dan wanita bersama disfungsi seksual tidak berkonsultasi bersama dokter.
"Banyak kenakan herbal padahal tidak sanggup dipertanggungjawabkan," katanya.
Beberapa faktor kenapa banyak pria, khususnya di Asia, malas memeriksakan masalah seksualnya secara benar, di antaranya gara-gara budaya. Pria Asia dikenal konservatif pada seks dan tidak cukup aktif secara seksual dibandingkan pria Barat.
Baca juga : Beginilah Cara Mudah Membuat Obat Batuk Dari Jahe, Madu, dan Lemon
Kendala lain untuk menemui dokter adalah dari segi biaya, akses dan ketersediaan perawatan medis yang terbatas. Faktor-faktor sosial budaya dan ekonomi ini tampaknya menjadi penghalang orang melacak dan meraih perawatan medis.
"Kadang membuat beli mobil bisa, tetapi untuk periksa Rp200 ribu saja tidak bisa," ucap Susanto.
Temuan itu menyiratkan bahwa kesadaran publik tentang disfungsi ereksi dibutuhkan untuk mendorong pria untuk berkonsultasi bersama dengan dokter spesialis.
"Padahal, keengganan untuk berkonsultasi bersama dengan dokter tanpa disadari sanggup mengakibatkan risiko yang lebih besar bagi kesehatan," ujar Susanto.